Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu motivasi juga bisa diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Menurut Jex (2002: 210) motivasi seperti gravitasi yang tidak bisa dilihat secara visual atau dirasakan namun hanya bisa dilihat efek yang dihasilkan olehnya. Pada kehidupan sehari-hari motivasi memiliki peran yang sangat strategis termasuk pada proses pembelajaran. Dimensi motivasi yang menggerakkan kebutuhan dan keinginan seseorang mampu menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Pada kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000: 75). Besarnya motivasi membuat seorang siswa dapat dengan mudah mencapai prestasi akademiknya, begitu juga sebaliknya. Selain itu motivasi juga bersifat relatif, mudah naik namun juga dengan cepat akan turun bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa motivasi akan hilang dari dalam diri seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 85), motivasi memiliki arti penting bagi siswa sebab : a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. c. Mengarahkan kegiatan belajar d. Membesarkan semangat belajar e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Jika siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka seluruh proses pembelajaran akan diikuti dengan baik mulai dari rasa ingin tahu, intensitas dalam memperhatikan penjelasan pelajaran, membaca materi sampai pada mencari strategi yang paling tepat guna meraih prestasi akademik yang tinggi bagi dirinya. Selain itu Slavin (2009: 106) berpendapat bahwa siswa yang termotivasi akan dengan mudah diarahkan, diberi penugasan, cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktif dalam mencari informasi tentang materi yang dijelaskan oleh guru serta menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi untuk mempelajari dan menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Halonen and Santrock (1999: 349) setidaknya terdapat 3 faktor kognitif dalam berprestasi yaitu: (1) attribution, (2) intrinsic and extrinsic motivation, dan (3) goal setting and planning Masalah motivasi belajar juga memiliki implikasi bagi peran guru dalam proses pembelajaran. Menurut Yatim Riyanto (2009: 78), setidaknya terdapat 5 implikasi prinsip motivasi bagi guru yaitu : a. Memilih bahan ajar sesuai dengan minat siswa b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa c. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa d. Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respon pada pertanyaan yang diberikan e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa Menurut Woolfolk (2004: 351) motivasi secara umum terbagi dua yaitu: (1) intrinsic motivation, dan (2) extrinsic motivation. Motivasi intrinsik (intrinsic motivation), yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, siswa belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Siswa termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Sementara motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation), yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, siswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian. Kedua faktor tersebut harus mendapat perhatian yang besar dari seorang guru, terlebih dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Motivasi berprestasi menurut Wade & Tavris (2008: 459) menekankan pada tujuan dan alasan yang dimiliki seseorang untuk mengejar tujuan tersebut. Tujuan berfungsi efektif meningkatkan motivasi dengan memenuhi 3 hal berikut ini: (1) tujuan mesti bersifat spesifik, (2) tujuan harus menantang, namun dapat dicapai, dan (3) tujuan dibatasi pada mendapatkan apa yang diinginkan, bukannya menghindari apa yang tidak diinginkan. Motivasi berprestasi mendorong seseorang untuk belajar dengan giat guna mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Setidaknya terdapat 6 indikator motivasi belajar siswa (Herminarto Sofyan dan Hamzah B. Uno, 2004: 24): a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil, b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan, d. Adanya penghargaan dalam belajar, e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

Comments

Popular posts from this blog

Jobsheet Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Keliru atau Tidak Tahu

Analisis Soal Pilihan Ganda Menggunakan Anates V4