#1 - Ala Pemadam Kebakaran

Artikel ini merupakan bahan diskusi utk dikomentari siswa Tek. Inst. Tenaga Listrik Periode 1 - 6 April 2014


“………..Guru adalah agen perubahan yang bertindak secara profesional menggunakan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan khususnya pada Tuhan YME…….”

Coba kita cermati contoh berikut ini:
a.       Jika terjadi kebakaran maka petugas pemadam kebakaran menjadi pihak pertama yang kita andalkan untuk memadamkan api
b.       Pencuri atau perampok yang tertangkap oleh polisi kemudian dipenjarakan.
c.       Kebiasaan dokter memberi obat penurun demam jika kita mengeluh panas dingin sepanjang tubuh, atau pereda rasa nyeri saat kita mengeluh sakit gigi
d.       KPK sebagai lembaga anti korupsi menangkap pelaku koruptor yang mencuri uang negara

Secara standar memang pemadam kebakaran bertugas memadamkan api yang berkobar, polisi seyogyanya bertugas memberikan rasa aman pada masyarakat dengan menindak para pencuri dan perampok serta memasukkan mereka ke penjara, sementara itu para medis atau dokter memberikan pengobatan sesuai dengan hasil pemeriksaaan terhadap keluhan yang diutarakan pasien. Senada dengan KPK yang memiliki tugas utama memberantas korupsi, memang sudah pekerjaanya menangkap koruptor yang “menilap” uang negara.

Tidak ada yang salah dengan kondisi di atas namun jika ditarik garis lurus maka keempat contoh di atas memiliki kondisi serupa yaitu tindakan yang diberikan bersifat kuratif, semuanya dilakukan setelah peristiwa itu terjadi. Bila diperhatikan dengan teliti maka ada hal yang menarik yaitu:
a.       Pemadam kebakaran belum optimal mensosialisasikan pentingnya pencegahan akan timbulnya kebakaran seperti penggunaan listrik yang berlebihan/tidak standar, penggunaan kompor gas yang tidak aman dan lain-lain
b.       Pihak kepolisian sejatinya memiliki binmas yang bertujuan membimbing masyarakat untuk mencegah terjadi peristiwa perampokan atau pencurian
c.       Dokter lewat hasil pemeriksaan laboratorium akan mengetahui penyebab terjadi demam yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk sehingga perlu penerapan lingkungan yang bersih dari jentik nyamuk, atau saat gigi sudah tidak sakit maka sesegeranya dilakukan tindakan pencegahan seperti menambal atau mencabut gigi tersebut
d.       KPK lewat instansi terkait menerapkan aturan yang mempersempit ruang terjadinya korupsi seperti e-budgetting, atau lelang elektronik dan lain-lain
Hal-hal di atas memiliki tujuan yang sama yaitu pentingnya pencegahan/preventive action.

Apa kaitannya dengan pendidikan?
Jamak kita temukan model problem solving di dunia pendidikan yang “ala pemadam kebakaran” yaitu hanya bersifat sesaat (kuratif) tapi tidak menyentuh substansi masalah. Oleh karena itu seringkali berulang, perhatikan apakah hal ini masih terjadi:
a.       Proses assesment/evaluasi pembelajaran hanya mengacu pada hasil tanpa memperhatikan proses sehingga pengajar biasa terkondisikan untuk “mengatrol” nilai siswa di atas KKM
b.       Pelanggaran disiplin siswa diomeli secara fisik seperti lari, push up atau dijemur disertai omelan verbal lainnya namun lupa mengetahui atau berusaha memikirkan sebuah sistim pencegahan tindakan indisipliner tersebut
c.       Penggunaan fasilitas pembelajaran seperti alat praktikum, fasilitas laboratorium dan kelengkapan pembelajaran lainnya yang jika terjadi kerusakan atau kehilangan hanya dicarikan “alasan” yang tepat sebagai bahan berita acara kehilangan tanpa diupayakan pencegahan
d.       Pengajar yang “bolos” hanya dicari alasannya dan mengupayakan petugas piket untuk mengisi jam kosong dengan “memaksa” siswa untuk lagi-lagi “mencatat”
e.       Dan lain-lain, masih banyak kan…. J

Jika sistem benar-benar dibuat dan diterapkan maka model problem solving “ala pemadam kebakaran” akan bisa dihindari contohnya assesment/evaluasi pembelajaran jika diproses secara dini sejak tingkat terendah setiap semester dan dipecah lagi tiap SKKD maka “nilai katrol” atau “nilai ajaib” tersebut bisa dihindarkan. Di atas semua itu perlu kita ingat bahwa guru adalah agen perubahan yang bertindak secara profesional menggunakan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan khususnya pada Tuhan YME. Di tangan kita mental generasi bangsa dibentuk, proses harus dijalani sebab pembelajaran bertumpu pada proses bukan hasil semata. Benar dan salah mental bangsa ini menjadi bagian terbesar dari tanggungjawab kita sebagai pendidik.
so lets move its on your hands now.....

Menurutmu manakah yg lebih kamu pilih,  naik kelas dgn nilai "belas kasihan" atau tinggal kelas tapi nilai murni usaha sendiri?

Silakan beri komentarmu, jangan lupa beri nama dan kelas agar bernilai point pd Jurnalmu

Comments

Izuddin Syarif said…
Nama :Hafizaturrahim
Kelas: XI n3X A
Padadasarnyasemuasiswaitumemangselalumengharapbelaskasihankepadaibu/bpak guru, dikarenakansemuasiswaituberkeinginansellu agar nakkelas.siswa yang bodohbukanberartidiatidakbelajar, namunmungkindikarenakanfaktorlingkungannya. gurupun paste pernahmerasakanapa yang namanyabelaskasihandari guru-guru merekaterdahulu(bahari), kalaudipikir-pikirapabilatidakadabelaskasihandari guru sekolahsecarapemikiran paste banyaksiswa INDONESIA yang tidak lulus sekolah. namun, tidaksembarangjugamerekamembrinilaibelaskasihanitu, merekamembrinilaibelaskasihanitu di mungkindikarnakankelakuannyayangrajinmenanggapipelajarantersebut.
jadisayamemili "belaskasihannilai".
Izuddin Syarif said…
Nama :Hafizaturrahim
Kelas: XI n3X A
Padadasarnyasemuasiswaitumemangselalumengharapbelaskasihankepadaibu/bpak guru, dikarenakansemuasiswaituberkeinginansellu agar nakkelas.siswa yang bodohbukanberartidiatidakbelajar, namunmungkindikarenakanfaktorlingkungannya. gurupun paste pernahmerasakanapa yang namanyabelaskasihandari guru-guru merekaterdahulu(bahari), kalaudipikir-pikirapabilatidakadabelaskasihandari guru sekolahsecarapemikiran paste banyaksiswa INDONESIA yang tidak lulus sekolah. namun, tidaksembarangjugamerekamembrinilaibelaskasihanitu, merekamembrinilaibelaskasihanitu di mungkindikarnakankelakuannyayangrajinmenanggapipelajarantersebut.
jadisayamemili "belaskasihannilai".
Unknown said…
nama : akhmad jailani
kelas : XI n3x B
kalau naik kelas dengan belas kasihan menurutku boleh boleh saja, selama sisiwa yang berkaitan kehadiranya rajin, dan dia tidak naik kelas hanya karena masalah nilai, namun jika siswa yang berkaitan selalu bolos saat belajar itu jika mengharap belas kasihan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan oleh guru tersebut, karena tidak ada sisi yang perlu dipertimbangkan.
Unknown said…
nama:m.rifki hidayatulloh
kelas:XI INTRIK A
klo mnrut sya pribadi sih,pinginya naik kls dengan nilai tinggi tanpa ada beles kasihan guru.klox sya mna bsa dapat nilai tinggi tanpa ada belas kashan gru,jdinya klo saya to vblas kshan gru sangat perlu untuk menambah nilai sya yg kurang.
pdhal sya sdah berusaha dan berdo'a,tp tetep aj nilainya gha menckupi.
Tp sya punya sran untuk semua siswa agar dapt nilai tinggi tanpa ada bantuan dari blas ksian guru,yaitu balajar yang giat dan berdo'a.klonya msh blum bsa jga berarti to sadah NASIB LOoooooeeeee.
Unknown said…
Nama : Rahmatullah
Kelas : XI intik A
menurut saya semua siswa sebenarnya ingin naik kelas dengan usahanya sendiri tanpa ada belas kasihan dari pihak bapak atau ibu guru, tetapi memang banyak siswa maupun siswi yang mengharapkan belas kasihan bapak atau ibu guru. Sebenarnya semua guru pasti tidak ingin anak didiknya tinggal kelas, maka dari itu banyak anak murudnya yang meminta belas kasihan untuk naik kelas.
Unknown said…
Nama:Risna
Kelas:XIN3XB
Semua pasti siswa mengharapkan naik kelas walaupun dengan berbagai usaha yang di lakukan agar naik kelas. Tetapi jika seorang siswa tidak naik kelas, itu bukan bearti tidak mendapatkan belas kasihan dari guru, hanya karena usahanya belum maksimal dan masih perlu di perbaiki serta sikap yang harus lebih baik lagi dari sebelumnya.
Saya selalu berharap agar selalu di kasihani sesama manusia, binatang pun pasti juga ingin di kasihani, dengan cara ikhlas dan tulus bukan dengan cara terpaksa mengasihaninya. Untuk itu saya lebih memilih naik kelas dengan nilai "Belas Kasihan" dan saya bersyukur dapat di kasihani dan naik kelas walaupun nilai kurang bagus.
Unknown said…
Nama:Fathur Ridha
Kelas:XI N3x A
Kalau saya maunya naik kelas tanpa ada belas kasihan dari guru , tapi kalau saya mana mungkin bisa dapat nilai tinggi di semua mata pelajaran . jadi kalau menurut saya nilai belas kasihan dari guru sangat perlu untuk menambah nilai saya yang kurang atau tidak mencukupi . tapi nilai belas kasihan dari guru juga harus diperhatikan , karena tidak semua siswa dapat diberi guru nilai belas kasihan apalagi siswa yang sering bolos dalam mata pelajaran tertentu . Beda dengan siswa yang selalu ada masuk dalam semua mata pelajaran itu masih bisa diberi nilai tambahan dari guru yang bersangkutan .
itu menurut pendapat saya , tau deh sama apa nggak dengan pendapat guru?????????
Unknown said…
nama:muhammad kadafi
kelas:XI N3X B
kalau menurut saya naik kelas dengan nilai belas kasihan boleh-boleh saja selagi siswa rajin, dan kelakuan nya baik dan sopan terhadap guru, pada dasar nya semua siswa selalu mengharapkan belas kasihan dari guru,tetapi guru juga mempertimbangkan bagaimana kelakuan dari murid murid tersebut yaitu dari kelakuanya,kesopanannya ,dan kerajinan nya.
salah hilap saya ulun minta maaf
Unknown said…
NAMA: NORFADILLAH
KELAS: XI INTRIK B
menurut saya, saya memilih dengan belas kasihan guru. tetepi kita tidak boleh juga sepenuhnya mengharap dengan belas kasihan guru semata kita juga harus berusaha sekuat kemampuan kita juga dulu harus ada usahanya tapi kalau semua usaha itu sudah dilakukan dan kita juga tidak naik kelas ,tetap lah juga kita meminta belas kasihan guru
Unknown said…
Nama: Handri
Kelas: XI N3x A
naik kelas dengan bantuan atau tambahan nilai dari guru itu boleh boleh saja tergantung gurunya mau atau tidak menolong siswa siswi itu. Tapi,yang lebih baiknya itu nilai tidak di tolong oleh guru dan mendapatkan nilai yang pastastik karna usaha kita sendiri itu yang lebih baik...
Unknown said…
Nama : Muhijin akhmad
kelas : XI N3X B

pada dasarnya semua siswa mengharapkan bisa naik kelas dengan hasil sendiri dari pada tidak naik kelas.tetapi kalau takdir berkata lain harus diterima apa adanya karena semua itu didapat dari hasil sendiri.dari pada naik kelas dengan bantuan dari belas kasihan guru lebih baik tidak naik kelas.karena jika naik kelas dibantu guru untuk kedepannya siswa tidak dapat menerima pelajaran yang akan dipelajari di kelas yg lebih tinggi.
Unknown said…
Nama :Ahmad Fadillah
Kelas : XI_N3X_B
sejujurnya saya ingin naik dg usaha sendiri meskipun tidak ada niali belas kasihan dari guru, tetapi kalau saya disuruh memilih antara naik dg nilai belas kasihan dari guru atau tinggal dikelas dengan nilai hasil usaha sendiri saya memilih naik dg nilai belas kasihan guru< karena saya ingin naik kelas
Unknown said…
NAMA:AHMAD IRPANI
KELAS:XI INTRIK B
menurut saya, saya ingin naik kelas dengan tanpa belas kasihan oleh guru,saya ingin naik kelas dengan usaha saya sendiri,tetapi kalau nilai saya tidak mencukupi,saya sangat berharap belas kasihan dari guru untuk naik kelas.
Unknown said…
Nama: M.Riza Alfiannur
Kelas:XI N3X A
kalo pendapat saya tentang naik kelas di bantu oleh guru atau tidak naik kelas dengan nilai sendiri kalo naik kelas dengan nilai di bantu itu wajar saja, tapi itupun di nilai dari perilaku, kerapian, sering masuk atau tidak dalam pelajaran itu,dan kalau dipikir - pikir apabila tidak ada belaskasihan dari guru pasti banyak siswa yang tidak naik kelas, kalo mengharapkan nilai sendiri, namun tidak sembarangan juga guru memberi nilai tambahan kepada murid, itupun juga bisa merusak jalan ke depanya, di bantu turus menerus, kalo mendapatkan nilai dan naik dengan usaha sendiri itu akan membuat kita senang, dan kedepannya akan lebih baik.
Unknown said…
nama:rudiansyah
kelas:XI n3xA
kalau naik kelas dari belas kasihan guru menurut ku boleh saja,tapi asalkan murit itu kehadiranya rajin dan selalu mrnggikuti pelajaran'tetapi kalo murid suka bolos saat belajar akan tetapi dia suka menggerkan pr pasti guru akan tersentuh terhadap sikapnya itu dan guru itu pasti akan menaikan murid itu walau dia naik secara balas kasihan guru.tapi terkadang murit itu tidak tau berterima kasih terhadap guru malah cuik cuik aja si murit itu
Unknown said…
nama: siswanto
kelas: Xi N3x A
menurut penglihatan mata batin saya dari segi penilaian guru itu wajar wajar saja kalo guru itu tidak memberi nilai tambahan atau di bantu. jaman sekarang masa di bantu!!!!!!,harusnya yang mantap itu adalah nilai yang di peroleh kita sendiri dari jerih payah kita sendiri, karena kalau dengan nilai belas kasihan pelajar tiadak dapat belajar dengan maksimal
Unknown said…
nama : Achmad Rafi'i
kelas : XI n3x A
assalamualaikum Warahmayullahi Wabarkatuh.
kalau saya boleh saran, naik kelas dengan linai pas KKM itu boleh saja, tapi untuk lebih baiknya lagi kalau nilai siswa atau siswi dapatkandari usaha sendiri, kenapa? karena nilai yang anda dapatkan dari usaha siswa atau siswi sendiri, siswa sekalian bisa tau sampai mana kemampuan yang dimiliki dalam pelajaran itu.dan anda juga dapat meningkatkan dalam pembelajaran yang kurang di pahami pemirsa sekalian,karena ilmu tidak akan habis sampai anda tua pun tidak akan pernah terhapus dari ingatan pemirsa sekalian. ini saran saya buat teman teman sekalian " dalam menuntut ilmu jngan setengah-setengahnanti dalam pelajaran anda juga dapat nilai setengah setengah.itulah saran dari saya, jadi sampai jumpa lagi
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh.
Unknown said…
Nama:Hifzatul apiah
Kelas:XI N3X A
menurut pendapat saya,mungkin semua orang berharap naik kelas dengan nilai murni usaha sendiri.tetapi jika dengan nilai murni tidak memenuhi KKM dan membuat kita tinggal kelas maka diperlukan juga nilai belas kasihan dari guru karena untuk membantu nilai saat kenaikan.tetapi guru yang memberikan nilai belas kasihan juga mungkin mempunyai pertimbangan tersendiri, tidak memberikannya secara cuma-cuma mungkin dia melihat dari sisi lain,seperti kehadiran atau sikapnya selama disekolah.jadi saya memilih nilai belas kasihan dari pada harus tinggal kelas and sekaligus cari aman.
Unknown said…
Nama : Nor Halimah
Kelas : XI INTRIK B

menurut saya lebih baik " naik kelas dengan nilai belas kasihan "
karena tidak semua siswa dapat menguasi semua mata pelajaran, hingga membutuhkan orang lain untuk membantunya,
karena sebagian siswa akan lebih mudah bertanya pada teman dibanding terhadap guru sendiri,kebanyakan mungkin karena rasa malu dan sebai nya ketika bertanya pada guru sendiri,
sehingga ketika guru memberikan penjelasan tak jarang murid dapat memahami,dan ketika ditanya hanya diam atau berpura pura mengerti,
hingga ketika ada ulangan atau ujian banyak yang mendapat nilai dibawah nilai KKM,yang mengakibat mendapat nilai belas kasihan untuk naik kelas.
padahal semua dapat diubah menjadi lebih baik ketika siswa yang bersangkutan merubah sikap malas belajarnya menjadi lebih giat lagi belajar agar bisa mendapatkan nilai diatas KKM dengan usahanya sendiri.
Unknown said…
Nama:M.Rizha.Fahlifi
Kelas:XI N3X A
Pada dasarnya naik kelas itu adalah impian siswa di sekolah tapi dalam belajarnya siswa kurang belajar. Dari segi penilaian guru, guru kadang kasian atas usaha siswa dalam memperuleh nilai bila siswa nya tidak melebihi KKM, pada guru malah memberikan tambahan nilai untuk siswanya biar naik kelas seperti teman-teman nya. Tapi guru juga ada yang tidak belas kasihan karena siswanya sulit dikendali jadi guru alakedarnya memberikan nilai kepada siswa yang sulit di kendalikan. Sekian dari saya, kalau ada kekurangan di maafkan saja TERIMAKASIH SALAM
riesniawati said…
Nama : Riesniawati
Kelas : XI.N3X.B
Menurut saya, saya lebih memilih naik kelas dengan nilai belas kasihan dari guru sebab, dengan di beri nilai belas kasihan berarti guru yang memberi nilai itu menilai bukan dari satu aspek saja melainkan dari beberapa aspek misalnya, dari absensi dan atitud ( Tingkah laku ) siswa tersebut.
Dengan naik kelas maka tidak mengecewakan orang tua, meski pun hanya dengan nilai belas kasihan dari guru, tapi lebih baik lagi seandainya siswa tersebut naik kelas dengan nilai yang bagus tanpa belas kasihan dari guru. tapi seandainya tidak mungkin juga naik kelas dengan nilai murni tanpa di bantu guru ya apa boleh buat tohh saya sudah berusaha semaksimal mungkin.
Lalu dengan naik kelas berarti masih di beri kesempatan untuk berusaha belajar memperbaiki nilai yang di kasih hanya dengan nilai belas kasihan.
mungkin hanya itu komentar dari saya.
Unknown said…
Nama:Jahratur Rahmah
Kelas:XI Intrik A
pada dasarnya memang kebanyakkan siswa menginginkan naik kelas karena nilai murni dari hasil jeripayahnya, tapi pada kenyataannya nilai murni hasil dari jeripayah sendiri susah didapat entah karena murid kurang memahami atau memang pelajarannya yang susah. jadi mungkin kebanyakkan siswa mengharapkan belas kasihan bapak/ibu guru, daripada harus tinggal kelas. seandainya tidak ada belas kasihan bapak/ibu guru untuk memberikan nilai kepada murid mungkin bisa setiap tahun murid yang tinggal kelas banyak tidak satu atau dua orang saja.
Unknown said…
Nama: Syarif Hidayat
Kelas: XI N3X B
saya memilih naik kelas dengan nilai "belas kasihan". Tapi, pada dasarnya saya ingin naik kelas dengan tanpa belas kasihan oleh guru,saya ingin naik kelas dengan usaha saya sendiri, tapi kalau semua usaha itu sudah dilakukan dan nilai dari usaha kita belum mencapai KKM, tetap lah juga kita meminta belas kasihan guru.
Unknown said…
Nama: Akhmad Riansyah
Kelas: XI N3xA
menurut saya lebih baik nilai belas kasihan dari pada nilai murni tapi tapi tinggal kelas, tapi kalau kita ingin memberi nilai belas kasihan kita harus melihat sifat muridnya dulu pakah dia sering bolos atau tidak dan di beri tugas dia mengerjakan atau tidak, kalau daftar kehadiran nya bagus dan kalau di beri tugas dia mengarjakan jadi dia masih pantas mendapatkan nilai belas kasihan dari bapak atua ibu sekalian.
Unknown said…
Nama:Rini aodina
Kelas:XI n3X B
Pada dasarnya semua siswa selalu mengharapkan belas kasihan dari bapak atau ibu guru, dikarenakan semua siswa itu berkeinginan naik kelas kecuali orank bodohselama siswa yang berkaitan kehadirannya rajin dan dia tidak naik kelas karena masalah nilai yang kurang baik.
Unknown said…
nama : sulaiman
kelas: XI N3X B
kalo saya sih maunya naik kelas dengan nilai yang tinggi, tapi kalo nilai saya tidak bisa mencukupi , ya saya berharap banget bapa dan ibu guru bisa memberi belas kasihan, karena kalo nya gak naik ya mau bilang apa sama orang tua .. malah membuat murit jadi putus asa
Anonymous said…
as long as the system is like a shit, it would be tough to change. haha

Popular posts from this blog

Jobsheet Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Analisis Soal Pilihan Ganda Menggunakan Anates V4

Keliru atau Tidak Tahu