Training Need Assessment (TNA)


Rancangan Diklat Instrumentasi Dasar Bagi Guru/Teknisi

Kebutuhan akan pelatihan menjadi sangat penting ketika terjadi kesenjangan antara harapan yang ideal dengan kenyataan yang realistis. Selain itu pelaksanaan pelatihan juga menjadi salah satu solusi yang dirasa lebih baik dalam hal efisiensi guna meningkatkan kompetensi dan produksitifitas pekerja/karyawan. Pilihan antara pelatihan atau rekrutmen ulang seringkali menjadi hal yang mendasar untuk dipertimbangkan. Namun yang lebih penting dari semua itu adalah analisis menyeluruh terhadap kebutuhan sebuah pelatihan termasuk pertimbangan diperlukan atau tidaknya pelatihan bagi peningkatan kinerja pekerja/karyawan. Oleh karena itu analisis tentang Training Need Assessment (TNA) menjadi langkah awal perencanaan sebuah program pelatihan. Jauh sebelum pelatihan yang sebenarnya terjadi, maka penyelenggara pelatihan harus menentukan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana pelatihan tersebut akan dilakukan. Berbagai informasi yang dirasa perlu menjadi penting dalam analisis Training Need Assessment (TNA) seperti:
- Tujuan dan sasaran organisasi
- Pekerjaan dan tugas-tugas terkait
- Kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut
- Individu yang harus dilatih

Analisis Training Need Assessment (TNA) tidak hanya dilakukan oleh industri namun juga relevan bagi instansi pemerintah dalam hal ini sekolah. SMK Negeri 1 Paringin adalah sekolah kejuruan yang tentunya memiliki struktur organisasi, tujuan dan sasaran. Visi dan misi sekolah menjadi dasar pertimbangan analisis Training Need Assessment (TNA) sebab lewat visi dan misi maka analisis menjadi lebih valid. Pendekatan Training Need Assessment (TNA) akan sangat berbeda sesuai dengan ciri khas organsiasi bersangkutan. Ciri khas sebuah SMK biasanya dilihat dari visi dan misi sekolah yang relevan dengan spirit edukasi dan kompetensi. Upaya sekolah untuk melakukan pelatihan instrumentasi dasar bagi guru/pengajar di semua kompetensi kejuruan diawali dari analisis menyeluruh tentang kebutuhan pelatihan yang dimaksud mulai dari kesesuaian visi misi sekolah, sasasaran kompetensi kejuruan, tanggapan individu sasaran pelatihan, metode pelatihan, tujuan dan manfaat serta teknik evaluasi yang akan digunakan. SMK Negeri 1 Paringin memiliki 3 kompetensi kejuruan dengan total 12 rombongan belajar. Berikut ini kompetensi kejuruan yang ada di SMKN 1 Paringin:

1.Teknik Kendaraan Ringan 6 rombongan belajar (@30 – 35 siswa)
2.Teknik Instalasi Tenaga Listrik 3 rombongan belajar (@22 – 30 siswa)
3.Teknik Audio Video 3 rombongan belajar (@22 – 30 siswa)

Sementara jumlah guru di SMKN 1 Paringin yang tercatat sebagai PNS adalah lebih dari 25 orang dan 1 orang guru tidak tetap. Fasilitas pembelajaran juga terus ditambah dan ditingkatkan baik lewat bantuan pemerintah daerah atau langsung dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Berikut ini visi misi SMKN 1 Paringin:

Visi
Menjadi lembaga diklat kejuruan berstandar nasional yang dapat menghasilkan tenaga kerja terampil tingkat menengah yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, mandiri serta mampu bersaing secara global.

Misi
1.Memberikan layanan prima terhadap warga sekolah guna menghasilkan tenaga kerja yang kompoten dan mandiri
2.Meningkatkan kualitas dan kuantitas tamatan yang sesuai dengan standar Kompetensi Nasional (SKN) dalam menghadapi Era Globalisasi
3.Meningkatkan mutu sumber daya Manusia melalui dukungan IPTEK dan IMTAQ
4.Melaksanakan KBM dan kegiatan Extra kurekuler untuk mengembangkan minat dan bakat dalam meraih prestasi.
5.Meningkatkan kemitraan dengan Dunia Usaha/Dunia Industri sesuai prinsip saling menguntungkan

ANALISIS TRAINING NEED ASSESSMENT (TNA):

1.Tingkatan Organisasi
Analisis di tingkat ini berusaha mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah dan memastikan bahwa perbaikan yang ingin dicapai dapat terjadi. Guna memperoleh informasi seperti di atas, maka telah dilakukan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMKN 1 Paringin. Lewat pola ini diharapkan dapat terkumpul informasi mengenai sikap, pandangan dan dukungan pihak sekolah terhadap pelaksanaan pelatihan kompetensi instrumentasi dasar bagi guru. Berikut ini hasil wawancara dan diskusi yang telah dilakukan:

a.Guna mewujudkan visi dan misi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Paringin maka diperlukan tenaga pendidik yang memiliki kompteneis handal guna mendidik dan membudayakan kompetensi kerja pada peserta didik sehingga dilahirkan lulusan sekolah kejuruan di Paringin yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

b.Kondisi real lapangan tentang kompetensi guru sekolah kejuruan di Paringin memberi gambaran yang jelas akan adanya gab antara harapan sebagai perwujudan dari visi dan misi dengan realitas. Kompetensi guru SMKN 1 Paringin khususnya bidang instrumentasi dasar masih sangat kurang padahal kompetensi ini menjadi dasar bagi kompetensi kejuruan lanjutan. Hal ini terbukti dari penguasaan guru terhadap konsep dan praktik instrumentasi dasar dalam mata pelajaran pengukuran masih jauh dari standar, sehingga output berupa performance peserta didik pada mata pelajaran pengukuran juga rendah.

c.Hampir seluruh kompetensi keahlian SMKN 1 Paringin memerlukan penguasaan instrumentasi dasar. Hal ini dibuktikan dengan adanya standar kompetensi menguasai pengkuran dan alat ukur.

d.Bahwa kondisi ini telah cukup lama dipikirkan oleh pihak sekolah, sehingga kegiatan pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru di bidang instrumentasi dasar mendapat dukungan penuh dari pimpinan SMKN 1 Paringin

e.Jika hal ini terus berlanjut maka berdampak pada output dan outcome peserta didik. Ketidakmampuan penguasaan instrumentasi dasar pada peserta didik akan menimbulkan rendahnya output yaitu performance saat Uji Kompetensi Kejuruan (UKK) baik teori maupun praktik (tingkat kelulusan). Selain itu rendahnya performance peserta didik akan berdampak pada outcome lulusan SMK yaitu serapan dan relevansi kompetensi mereka terhadap tuntutan dunia kerja.

f.Selain berdampak pada kualitas hasil kerja maka rendahnya penguasaan kompetensi instrumentasi dasar juga bisa membahayakan keselamatan diri peserta didik dan keberlangsungan fasilitas/alat praktik yang digunakan.

2.Tingkatan Kelompok
Pada tingkatan ini maka dilakukan langkah yang dirasa perlu seperti pengumpulan informasi berkaitan dengan knowledge, skills dan attitude lewat kuesioner/angket dan observasi secara menyeluruh ditujukan pada ketua kompetensi keahlian dan program keahlian yang ada di lingkungan SMKN 1 Paringin. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan berkaitan dengan analisis tingkat operasional:

a.Tugas dan tanggungjawab seorang guru dalam proses pembelajaran adalah memiliki kemampuan relevan dan mendukung terhadap kegiatan yang dimaksudkan. Seluruh kopetensi keahlian yang ada di SMKN 1 Paringin mensyaratkan keterpenuhan standar kompetensi menguasai pengukuran atau instrumentasi

b.Kompetensi pengukuran merupakan dasar kompetensi bagi seluruh kompetensi keahlian sebelum dilanjutkan pada kompetensi kejuruan

c.Rasionalisasi penetapan standar kompetensi menguasai pengukuran didasarkan pada tuntutan dunia industri dan perkembangan teknologi yang mewajibkan penguasaan tenaga kerja di bidang instrumentasi. Oleh karena itu seorang guru selain wajib memenuhi kualifikasi pendidikan formal maka secara praktis juga memiliki kemampuan instrumentasi dasar untuk mampu mengajar standar kompetensi menguasai pengukuran dan alat ukur.

3.Tingkatan Individu
Analisis di tingkat ini akan difokuskan pada Knowledge, Skill dan Attitude (KSA) yang dibutuhkan oleh individu seperti guru mata pelajaran produktif dan teknisi. Guru membutuhkan pelatihan baik untuk prestasi pribadi dan juga untuk memenuhi tuntutan pekerjaan (yang pada akhirnya akan mempengaruhi karir seperti kenaikan gaji atau promosi). Data SDM yang sudah ada mengenai pelatihan yang telah diikuti guru sebelumnya dapat digabungkan dengan hasil survei untuk mengetahui kesenjangan antara target sekolah (dalam hal ini di instrumentasi dasar) dengan KSA guru yang telah dicapai selama ini. Lewat analisis tingkat individu maka dihasilkan beberapa hal sebagai berikut:

a.Secara umum latar belakang pendidikan guru sudah memadai namun tidak semua telah mengikuti pelatihan/training yang berkaitan dengan instrumentasi dasar

b.Jumlah guru di SMKN 1 paringin yang belum pernah mengikuti pelatihan instrumentasi adalah 11 orang

c.Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan meliputi prinsip dan karakterisitik sistem instrumen, alat ukur, sistem pengukuran level, sistem pengukuran tekanan, sistem pengukuran aliran, transmisi dan akusisi data, serta instrumentasi analitik

Alasan lain yang rasional
a.Dirasa kurang mungkin untuk melakukan job redesign sebab kompetensi yang akan dilatih merupakan kompetensi dasar dan menjadi syarat untuk seluruh kompetensi keahlian di SMKN 1 Paringin

b.Sekolah sulit merekrut guru baru yang memiliki keahlian sesuai kompetensi yang diharapkan sebab kewenangan rekruitmen biasanya berhubungan dengan pemerintah daerah

c.Pelatihan instrumentasi dasar terhadap guru yang ada di SMKN 1 Paringin menciptakan efisien sebab memberdayakan sumber daya manusia yang ada.

d.Kemungkinan perubahan kurikulum dengan menghilangkan kompetensi dasar menguasai pengukuran dan alat kur dirasa kurang tepat sebab kurikulum disusun sesuai dengan relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu kurikulum juga bersifat up to date terhadap perubahan dan kemajuan teknologi


METODE PELATIHAN
Setelah diputuskan bahwa pelatihan merupakan pilihan yang tepat bagi peningkatan kompetensi guru khususnya bidang instrumentasi dasar maka perlu ditentukan metode pelatihan yang dirasa paling cocok. Metode pelatihan yang paling realisitis adalah model tutorial dan workshop dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.Jumlah peserta relatif sedikit dengan tujuan agar lebih fokus dan efektif.
b.Pelatihan mencakup ketrampilan yang memerlukan latihan berulang-ulang.
c.Karena sifat instrumentasi yang sangat sensitif maka pola pelatihan tidak dilakukan di industri/tempat kerja secara langsung, namun di lingkungan praktik dengan tetap mengkondisikan sedemkian rupa agar mendekati kondisi real di tempat kerja


TUJUAN DAN MANFAAT PELATIHAN
Selain penentuan metode pealtihan, maka diperlukan perumusan tujuan dan manfaat pelatihan instrumentasi dasar sebagai berikut:
1.Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat:
a.Mengenal berbagai teknologi utama yang digunakan pada sistem instrumentasi
b.Memahami spesifikasi dan rancangan sistem instrumentasi
c.Memilih spesifikasi instrumen yang tepat untuk keperluan industri
d.Memahami aspek-aspek instalasi dan pengoperasian instrument
e.Menelusuri penyebab kegagalan instrument

2.Manfaat
Bagi peserta:
a.Meningkatkan kompetensi di bidang instrumentasi
b.Meningkatkan kinerja
Bagi sekolah:
a.Meningkatkan kompetensi guru
b.Meningkatkan kinerja

Data Teknis Lainnya
a.Metode pelatihan: tutorial dan workshop dengan fasilitator dari luar SMKN 1 paringin yang memiliki kompetensi di bidang instrumentasi
b.Lamanya pelatihan: 4 hari kerja
c.Peserta: 11 orang guru.
d.Diperlukan pelatihan ulang bagi peserta yang telah lulus: Ya (setiap 3 tahun sekali).


EVALUASI PELATIHAN
Upaya untuk mengetahui efektifitas sebuah pelatihan adalah lewat evaluasi. Kirkpatrick mengembangkan 4 tingkatan evaluasi terhadap program pelatihan yang telah dilakukan. Program pelatihan instrumentasi dasar juga menerapkan 4 tingkatan evaluasi yang meliputi:

1.Tingkatan Reaksi,
Tingkatan ini bertujuan menangkap reaksi peserta terhadap program pelatihan secara umum. Pada program pelatihan instrumentasi dasar evaluasi tingkata reaksi dapat diperloeh lewat penyebaran angket pada peserta pelatihan. Angket diberikan pada peserta pelatihan setelah kegiatan berakhir. Fasilitator/instruktur pelatihan juga sebaiknya diminta memberikan reaksinya terhadap program pelatihan instrumentasi dasar karena fasilitator dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa yang sudah cukup baik dalam program pelatihan, bagaimana respon peserta selama jalannya pelatihan, serta bagaimana program masih dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, pihak sekolah juga dapat melakukan survei secara umum pada seluruh guru dan siswa untuk mengetahui pendapat mereka mengenai program pelatihan instrumentasi dasar yang telah dijalankan sekolah dalam rangka peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Survei ini tidak hanya menangkap reaksi peserta, tapi juga mengetahui sejauh mana peserta telah belajar dari pelatihan yang dilakukan. Kuesioner yang dibagikan kepada para peserta mencakup pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.seberapa bermanfaatnya pelatihan dirasakan oleh peserta
b.seberapa yakin peserta bahwa mereka dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari, dan juga di sini apa pelatihan masih dapat diperbaiki.

Kuesioner untuk fasilitator bisa mencakup pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.apakah bahan pelajaran terlalu sulit untuk peserta
b.apakah susunan ruang pelatihan cukup efektif sehingga fasilitator dapat mengamati dan juga berespon terhadap seluruh peserta dan lain-lain.

2.Tingkatan Pembelajaran
Tingkatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah peserta benar-benar belajar dalam pelatihan. Hal ini dapat dilakukan lewat tes kompetensi instrumentasi dasar yang telah dilatih meliputi pengetahuan dan keterampilan. Pada program pelatihan instrumentasi dasar, evaluasi tingkat pembelajaran selain dilakukan lewat tes kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada peserta maka juga dilakukan pola observasi dari fasilitator yang memberikan laporan mengenai kemampuan instrumentasi dasar masing-masiang peserta pelatihan.

3.Tingkatan Keterampilan
Tingkatan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan setelah peserta mengikuti pelatihan instrumentasi dasar. Pada program pelatihan instrumentasi dasar, evaluasi tingkat keterampilan dilakukan dengan menguji ulang peserta pelatihan namun tidak diakhir program, tapi setelah program pelatihan langsung diaplikasikan dalam pembelajaran. Hal ini tentunya bertujuan untuk mengetahui secara pasti peningkatan kinerja guru setelah program pelatihan instrumentasi dasar dilakukan.

4.Tingkatan Organisasi
Tingkatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program pelatihan dapat meningkatkan tingkat kesadaran serta sikap seluruh anggota sekolah terhadap pentingnya kompetensi dan profesionalitas guru. Tingkatan ini hanya relevan untuk keseluruhan program pelatihan, dan tidak dapat diukur untuk masing-masing program pelatihan. Untuk mengetahui keberhasilan di tingkatan ini, pihak sekolah akan membagikan kuesioner kepada seluruh guru beberapa bulan setelah seluruh program pelatihan diselesaikan. Kuesioner ini didesain untuk mengukur perubahan sikap guru terhadap kompetensi dan profesionalitas.


PENERAPAN HASIL PELATIHAN
Pihak sekolah dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa hasil pelatihan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. Hal tersebut diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.Pengawasan/Monitoring
Guru yang baru menyelesaikan pelatihan masih perlu diawasi oleh pimpinan (baik ketua program keahlian, waka kurikulum dan kepala sekolah) untuk memastikan bahwa mereka dapat menerapkan hasil pelatihan dalam proses pembelajaran.

2.Kedekatan psikologis (psychological fidelity)
Cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan konsep kedekatan psikologis. Langkah ini bisa berupa penerapan teknologi informasi yang mengemas pola pelatihan dalam bentuk presentasi menarik dan memotivasi peserta pelatihan dalam memahami konsep dasar instrumentasi. Penggunaan multimedia dalam presentasi instrumentasi dasar harus segera diikuti dengan praktik langsung agar kemampuan pengetahuan dan keterampilan menjadi sinkron. Selain penggunaan multimedia, maka fasilitator dapat melakukan eksplorasi terhadap berbagai metode pelatihan yang mampu memotivasi peserta pelatihan.

3.Menyediakan alat bantu
Semua guru diberi akses untuk memperoleh bahan bacaan yang relevan dengan topik pelatihan yaitu instrumentasi dasar. Misalnya, sekolah dapat menyediakan brosur bagi seluruh guru, atau menyediakan materi secara online di intranet sekolah. Selain bahan bacaan maka pihak sekolah juga mesti memberi akses seluasnya bagi guru untuk menggunakan fasilitas praktik instrumentasi dasar.

4.Memasukkan keikutsertaan program pelatihan instrumentasi dasar sebagai salah satu komponen dalam proses penilaian kinerja guru mata pelajaran produktif.
Hal ini tentu saja memiliki alasan yang kuat diantaranya: 1) materi instrumentasi dasar merupakan materi prasyarat kompetensi kejuruan sehingga guru mata pelajaran produktif wajib menguasai materi tersebut, 2) guru mata pelajaran produktif akan termotivasi untuk mempraktekkan kemampuan instruemntasi dasar yang telah dimilikinya dalam proses pembelajaran praktik siswa SMK. Tentunya pola ini menggunakan asumsi bahwa proses penilaian kinerja di sekolah benar-benar relevan dan terkait dengan reward seperti kenaikan gaji atau kenaikan pangkat. Guru mata pelajaran produktif yang dinilai berkinerja rendah di instruemntasi dasar perlu diperhatikan lebih lanjut. Sekolah dapat mempertimbangkan apakah guru tersebut perlu mengikuti pelatihan ulang atau tindakan lain perlu diambil (misalnya memberikan peringatan tertulis).

lebih lengkap silakan download

Comments

Popular posts from this blog

Jobsheet Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Analisis Soal Pilihan Ganda Menggunakan Anates V4

Keliru atau Tidak Tahu