Otonomi Penilaian Sikap
Dalam dunia pendidikan
kita sering mendengar kata penilaian. Penilaian
adalah penentuan dimensi kualitatif terhadap hasil pengukuran dengan mengacu
pada kriteria tertentu. Sementara menurut PP 19 Tahun 2005, penilaian
pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Coba perhatikan:
a. Nilai berupa deret angka dengan rentang 0 – 100
bersifat kuantitatif à PENGUKURAN
b. Deret angka (nilai) tadi memiliki kriteria seperti
Sangat Baik (90 – 100), Baik (75 – 89) dan lain-lain à PENILAIAN
Terdapat 3 ranah pengukuran dan
penilaian hasil belajar yaitu pengetahuan, kemampuan dan sikap. Pengukuran dan
penilaian sangat berkaitan dengan instrumen apa yang akan digunakan. Sebagai contoh
untuk mengukur pengetahuan siswa maka digunakan instrumen tes tertulis (written test) atau project work untuk
menilai kemampuan (skill). Namun pada
ranah sikap (afektif), guru cenderung sulit untuk mengukur dan menilainya
bahkan seringkali ter(di)lupakan. Hal
ini menyadarkan para pendidik bahwa ranah ini sering ‘dianak tirikan’ padahal ranah ini wajib dinilai dan masuk dalam
penilaian hasil belajar siswa.
Instrumen pengukuran untuk ranah afektif
yang paling seing digunakan adalah prosentase kehadiran siswa pada pembelajaran
tatap muka di sekolah. Instrumen ini memang memiliki konsistensi (reliabilitas) yang tinggi namun kurang
valid sebab afektif bukan hanya bertumpu pada aspek presensi semata. Pada
definisi pembelajaran modern diyakini bahwa pembelajaran akan sangat bermakna
ketika siswa dilibatkan dalam seluruh proses pembelajaran. Siswa diberi hak
otonom (student centered) untuk
mengeksplorasi setiap rangsang yang diberikan dengan didampingi oleh guru. Bagaimana jika siswa dilibatkan untuk menilai
perilaku/sikap kawan sekelasnya? Pola penilaian itu sangat dimungkinkan dengan
menggunakan instrumen observasi perilaku. Kondisi penilaian yang cenderung
otonom pada siswa memberi kesempatan besar pada partisipasi siswa untuk
memberikan kontribusi pada penilaian sikap. Berikut ini beberapa keuntungannya:
-
Siswa dilibatkan pada
proses penilaian
-
Meminimalisir
subjektifitas penilaian. Semakin banyak responden maka nilai yang dihasilkan
cenderung lebih objektif
-
Menghindari
penilaian yang bersifat absolut yang selama ini berpusat pada guru dan hanya
melibatkan aspek presensi
-
Melatih kepekaan
dan tanggungjawab siswa atas penilaian yang diberikan olehnya pada rekan
sekelas
-
Menciptakan
pengawasan yang melekat pada diri siswa, sebab siswa merasa diawasi dan dinilai
oleh rekan satu kelasnya
Langkah Solutif
Otonomi Penilaian Sikap dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Tentukan aspek
sikap apa yang akan dinilai oleh siswa dan jelaskan definisi dan indikator aspek
sikap yang dipilih SKKD mapel yang diajarkan. Contoh: kejujuran
2. Tentukan rentang waktu penilaian sikap. Jangan
dilakukan hanya 1 kali diakhir semester, lebih disarankan minimal 2x per
semester untuk melihat sebaran skor penilaian siswa
3. Jelaskan rentang skor penilaian dan teknik menjawab
siswa. Contoh
RENTANG SKOR
ASPEK KEJUJURAN
(Skor 1) Sangat jujur
|
(Skor 2) Kurang jujur
|
(Skor 2) Lebih sering jujur
|
(Skor 1) Tidak jujur
|
(Skor 3) Kadang-kadang jujur
|
|
4. Buat Lembar (form) Penilaian Sikap berisi seluruh nama
siswa dalam satu kelas lengkap dengan aspek nilai dan rentang skornya.
5. Siswa menilai dengan cara memilih rentang skor sesuai
hasil observasi dirinya terhadap rekannya dalam 1 kelas
6. Nilai akhir Penilaian Sikap seorang siswa adalah
rerata nilai yang diberikan oleh seluruh rekannya dalam satu kelas
7. Lakukan konversi skor menjadi nilai (sebab nilai
afektif menggunakan rentang 0-100), contoh:
Skor rerata : 4,5
Konversi : setiap skor bernilai 20
Maka 4,5 x 20 = 90
Nilai Afektif : 90
8. Guru memasukkan Nilai Sikap sesuai proporsi
Kognitif (30%)
|
Psikomotor
(50%)
|
Afektif (20%)
|
Nilai Akhir
(Nilai Rapor)
|
90
|
80
|
90
|
(30% x 90) + (50% x 80) +
(20% x 90) = 85
|
Program Penilaian Sikap telah dilaksanakan pada mapel-mapel produktif Instalasi Tenaga Listrik SMKN 1 Paringin
sejak Semester Ganjil 2012. Pola penilaian ini menggunakan media e-learning dimana questionaire yang
berisi penilaian sikap bisa diakses oleh siswa dan dinilai secara online.
Penilaian ini juga bersifat paperless
dan memungkinkan nilai akhir didapat dengan lebih mudah sebab laporan akhir
e-learning berupa rerata nilai sikap per siswa, jadi guru bisa langsung
menggunakannya. Selain itu tingkat kerahasiaan siswa yang memberi nilai juga
lebih terjaga.
Comments