Aku Baca dan Aku Lupa
Aku dengar dan aku lupa.......
Aku lihat dan aku ingat....
Aku lakukan dan aku pahami....
Beberapa saat yang lalu saya membaca
salah satu status siswa yang mengutip kalimat tersebut. Hal itu sangat menarik
dan mengingatkan saya akan sebuah teori dari Edgar Dale (1946) dengan “Kerucut
dale” yang intinya adalah
"Dale berkeyakinan bahwa simbol dan gagasan yang
abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk
pengalaman yang konkrit”
Kerucut Edgar Dale ini menyatukan teori
pendidikan John Dewey dengan gagasan-gagasan dalam bidang psikologi yang tengah
populer pada masa itu. Kerucut pengalaman merupakan upaya awal untuk memberikan
alasan tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audio visual. Pada konsep
pembelajaran juga dinyatakan bahwa pendidikan dinyatakan berhasil ketika
terjadi perubahan pada perilaku siswa baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap.
Lewat teori Dale tersebut maka metode
pembelajaran sebagai media transfer of
knowledge, skill and value (transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap) harusnya
memberikan kontribusi besar pada perubahan siswa ke arah positif. Perhatikan
kalimat....
Aku dengar dan aku lupa......
Ini merujuk pada metode ceramah murni
Aku lihat dan aku ingat.....
Ini mengarah pada metode visualisasi/demonstrasi
Aku lakukan dan aku pahami.....
Ini kata lain dari praktis atau konkrit
Kondisi real
Meskipun banyak guru yang tidak mau mengakui bahwa
dirinya seringkali menggunakan metode ceramah murni ataupun jarang menggunakan
pola visualisasi/demonstrasi namun kita lihat pada output siswa. Banyak dari
siswa ketika suatu materi yang telah di ajarkan kembali direcall (diulang) ternyata kesulitan bahkan tidak memahaminya. Perhatikan
lemahnya penguasaan operasi pecahan dan desimal pada siswa baru bahkan rumus phytagoras yang menjadi andalan saat
siswa duduk di bangku SMP sangat jauh dari diingat apalagi dipahami dan
dimengerti.
Salah satu solusi
1.
Jika saat kegiatan
upacara senin guru
Ø
Paduan suara
adalah bagian dari seni, kenapa tidak masuk dalam penilaian praktik seni
budaya?
Ø
Petugas upacara
seperti pengibar, moderator, dan lain-lain adalah bagian dari aplikasi
kecintaan pada tanah air dan bangsa, bisakah masuk penilaian PPKn
2. Seni budaya bukan hanya bisa diaplikasikan pada
kegiatan Upacara namun juga bisa hadir dalam bentuk konkrit seperti pentas seni
saat hari besar keagamaan, perpisahan siswa kelas XII, liputan tentang perayaan
maulid di kampung siswa masing-masing
3. Bahasa Inggris bisa hadir dalam bentuk aplikasi
menyanyi atau pidato berbahasa Inggris
4. Pendidikan agama Islam, mungkin cenderung pada
praktisnya. Hapal bacaan dan gerakan sholat penting namun lebih penting adalah
dikerjakan atau tidak. Mungkin jurnal sholat wajib dan sunat bisa menjadi
solusi yang berlandaskan kejujuran
5. Nilai bersama (bobot +10% dari tiap
mapel)
Adalah nilai yang dijadikan acuan bersama sebagai
tambahan nilai seluruh mapel seperti kebersihan kelas, presensi kehadiran siswa
dan kegiatan ekstra kurikuler. Dibentuk tim observer dari siswa yang merupakan
perwakilan tiap kelas untuk memantau pelaksanaannya. Laporan direkap dan
diserahkan pada BK untuk dihitung dan didistribusikan pada semua guru dalam
bentuk nilai.
6. Organisasi OSIS merupakan bagian dari upaya siswa
mengenal organisasi dan bersosialisasi, mungkin ini bisa dimasukkan dalam penilaian
IPS atau PPKn
7. Dan lain-lain
Mungkin yang muncul di benak guru adalah
point-point
tersebut di atas masuk pada kompetensi dasar (KD) apa? Saya
berpikir yang paling penting adalah esensi dasar dari mapel yang di ajar dan
perlu diingat bahwa pembentukan karakter adalah bersumber dari 3 hal yaitu: 1)
keteladanan, 2) pengkondisian dan 3) rutinitas, dan semua hal di atas adalah
implementasi dari amanat pendidikan karakter. Sudah saatnya kita tidak berlaku NATO (No action talk only), lakukan
sekarang dan jika kurang sempurna maka lumrah dan perbaiki pada masa akan
datang sebab hakikat pendidikan adalah dinamis atau up to date. Jika
anda membaca artikel ini maka lakukanlah agar AKU LAKUKAN DAN AKU PAHAMI.....
Mari kita berbenah dan sadar akan
penting serta maha mulianya tugas kita sebagai bagian dari “investasi langit”
Apakah sekolah mau memfasilitasi dan
mengkritisi ide ini? Sebab sekolah tidak
boleh absen (tidak hadir) akan ketidakseimbangan (unbalance) yang
terjadi pada aplikasi model pembelajaran di SMKN 1 Paringin.
so its on your hands now..... J (by sya)
Comments